Breaking News

Menebak Peta Jalan RPJMD 2025-2030 & Perkembangan Sektor Investasi Fakfak

Zainal Abidin Bay yang akrab disapa Mr. Zab pada masa mudanya
Oleh: Mr.  ZAB


Pemerintah Daerah Fakfak saat ini sedang menyusun dokumen penting: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025–2029 serta Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Ini adalah momen krusial, sebab dari sinilah arah masa depan daerah kita lima tahun ke depan akan digariskan.

Meski kita belum melihat langsung materi per bab yang sedang disusun oleh Tim Penyusun RPJMD, saya percaya bahwa mereka akan merumuskan arah strategis yang kuat—sebuah peta jalan pembangunan menuju kondisi masa depan Fakfak yang kita cita-citakan bersama. Sebuah "desired future" yang tidak hanya ambisius, tapi juga inklusif dan realistis.

Pertanyaan pentingnya adalah: bagaimana arah pembangunan ini akan mengangkat kualitas hidup masyarakat Fakfak secara nyata? Apakah pembangunan ini akan menjawab persoalan pokok kita hari ini—dari dimensi kesehatan, pendidikan, ekonomi, hingga lapangan kerja dan tata kelola pemerintahan?

Satu hal yang menarik untuk dicermati adalah geliat investasi yang mulai terasa di Fakfak. Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah investor nasional dan internasional mulai melirik wilayah kita. Dari rencana kehadiran Pupuk Kaltim, persiapan pembangunan smelter, hingga pengembangan lapangan Migas Ubadari dan sektor pertanian, semua ini bukan hanya sekadar rencana. Jika berhasil dijalankan dengan tata kelola yang baik, investasi-investasi ini akan berdampak signifikan pada pendapatan daerah, menciptakan lapangan kerja, dan tentu saja meningkatkan taraf hidup masyarakat Fakfak.

Namun di titik ini, kita juga perlu bertanya:

Apakah kita sedang mengejar pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan semata (growth-oriented development)? Apakah kita hanya fokus pada peningkatan produksi dan eksploitasi sumber daya?

Atau justru, kita tengah bergerak menuju sebuah visi jangka panjang yang lebih berkelanjutan—yakni menjadikan Fakfak sebagai kota jasa?

Menurut Hiroaki Suzuki dalam bukunya Eco Cities: Ecological Economic Cities (2010), yang juga mengutip pemikiran Max Weber, kota jasa adalah sebuah wilayah di mana penduduknya mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya melalui interaksi di pasar lokal. Ini bukan berarti kita meninggalkan sektor industri atau sumber daya alam, tetapi menempatkan sektor jasa sebagai pengungkit utama ekonomi daerah. Sektor ini lebih berkelanjutan, inklusif, dan seringkali lebih cepat menyerap tenaga kerja lokal.

Saya pribadi mendukung gagasan bahwa Fakfak punya potensi besar menjadi kota jasa di masa depan. Wilayah kita memiliki nilai historis, kekayaan budaya, pesona wisata alam, serta posisi strategis yang bisa menjadi modal besar jika dimanfaatkan secara tepat. Tapi tentu saja, semua ini memerlukan komitmen jangka panjang dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.

Karena itu, saya berharap besar agar RPJMD 2025–2030 tidak sekadar menjadi dokumen normatif lima tahunan, tapi sungguh-sungguh menjadi kompas pembangunan yang menjawab tantangan zaman dan membawa masyarakat Fakfak menuju kemandirian ekonomi, kesejahteraan sosial, dan kebanggaan daerah.

Saya percaya, di bawah kepemimpinan Pemerintah SANTUN dan dukungan perencana pembangunan daerah yang progresif, Fakfak bisa mencapai lompatan besar ini. Aamiin.

Mari kita kawal bersama, karena masa depan Fakfak adalah tanggung jawab kita semua.

Iklan Disini

Type and hit Enter to search

Close