![]() |
Keterangan Foto: Coretan Tangan Terkeren 2025 | Oleh: Yosias Mote |
Di sebuah tanah yang dijaga angin dan gunung, terbentang satu tubuh besar bernama Papua. Ia bukan sekadar tanah, tetapi roh, darah, dan napas dari para leluhur yang telah berabad-abad menjaga hutan, laut, dan langitnya. Dalam tubuhnya, mengalir semangat yang tak bisa dipatahkan.
Namun suatu hari, tangan kekuasaan datang membawa sebilah pisau. Ia tidak hanya memotong tubuh Papua, tapi mencoba membelah jiwanya menjadi enam bagian: Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Selatan, dan Papua.
Setiap tetes darah yang menetes bukanlah tanda kelemahan, melainkan bukti cinta yang mendalam terhadap tanah air. Sambil menggenggam bendera bintang kejora yang berkibar lemah tertiup angin perlawanan, Papua berseru:
"Walau tubuhku dipotong menjadi enam bagian, Aku tetap satu, yaitu Papua."
Cerita ini tersebar ke seluruh pelosok negeri, menjadi bisikan di balik daun-daun sagu, nyanyian di balik genderang tifa, dan doa dalam setiap langkah anak-anak Papua menuju masa depan. Sebuah peringatan, bahwa tanah boleh dibelah, tapi identitas dan martabat kita sebagai anak Papua tidak bisa dibungkam.
Dan dari cerita ini, dari sebuah gambar diatas oleh coretan tangan Yosias Mote—lukisan darah, bendera, dan tangan yang menggenggam pisau—lahir sebuah karya terbaik 2025. Ini bukanlah Karya yang bukan sekadar gambar, tetapi cermin luka, cinta, dan perlawanan. Karya yang menembus cakrawala berpikir kaum minoritas (katanya) di atas tanahnya sendiri.
Karya ini bukan hanya milik Papua. Ini milik seluruh anak bangsa yang percaya bahwa keutuhan bukanlah tentang batas wilayah, tapi tentang hati yang tetap satu yaitu NKRI dan Sampai Mati Papua Tetap NKRI.
Social Footer