Breaking News

Sinergi Baru: PT Rimbun Sawit Papua dan Masyarakat Adat Fakfak Bangkitkan Ekonomi Daerah


Reporter: Imran Alwi. Fuad

FAKFAK, PAPUA BARAT – Setelah sempat diwarnai ketegangan pada 2015, hubungan antara PT Rimbun Sawit Papua (RSP) dan masyarakat adat di wilayah Tomage, Kabupaten Fakfak, kini memasuki babak baru yang lebih harmonis dan kolaboratif.

Perusahaan perkebunan sawit yang dulu menuai protes kini justru dipandang sebagai mitra pembangunan oleh masyarakat setempat. Menurut Zainal Abidin Bay, tokoh pemuda sekaligus Raja Adat Ati-ati Muda, transformasi relasi ini tak lepas dari upaya panjang kedua belah pihak dalam membangun kembali kepercayaan.

“Dulu sempat ada gesekan, bahkan sampai muncul surat permintaan penghentian operasi pada 2015. Tapi sejak itu banyak hal berubah. Kini hubungan kami dengan PT RSP jauh lebih baik dan saling menguntungkan,” ujar Zainal ketika dikonfirmasi media ini, Jumat (23/5/2025).

Ia menyebut, pendekatan dialog, keterbukaan, dan penghormatan terhadap hak-hak masyarakat adat menjadi fondasi utama terciptanya keharmonisan ini. Masyarakat adat kini ikut dilibatkan dalam berbagai aspek kegiatan perusahaan, baik sebagai pekerja maupun mitra dalam program pemberdayaan ekonomi lokal.

Hubungan baik ini dinilai penting tak hanya untuk kelangsungan bisnis RSP, tetapi juga demi mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di wilayah yang kaya akan potensi alam ini.

Pihak RSP sendiri belum memberikan komentar resmi, namun sumber internal perusahaan menyebutkan bahwa prinsip keberlanjutan dan kemitraan inklusif kini menjadi fokus utama dalam operasional mereka di Papua Barat.


Zainal mendapatkan informasi mengenai surat perintah penutupan kegiatan PT Rimbun Sawit Papua (RSP) dari dua pihak, yaitu:. 

  1. Ilham Rahakbauw, yang bertindak mewakili PT Rimbun Sawit Papua (RSP), dan
  2. Almarhum SZGG, yang pada waktu itu menjabat sebagai Ketua Dewan Adat setempat.

Artinya, Zainal tidak menerima langsung surat tersebut dari instansi resmi, tetapi diberitahu oleh perwakilan perusahaan dan tokoh adat.

Merespons situasi yang terjadi, Zainal Abidin Bay melakukan peninjauan langsung ke perkebunan kelapa sawit di Resort Bomberay dan Tomage. Dalam kunjungan tersebut, ia mengadakan pertemuan dengan para manajer PT Rimbun Sawit Papua (RSP), yang difasilitasi oleh Petrus, selaku Human Development Representative (HDR) PT RSP wilayah Papua.

"Setelah itu, saya menerima berbagai masukan dari pihak perusahaan serta mendengarkan aspirasi dan permintaan masyarakat adat setempat," ujar Zainal.

Zainal turut serta dalam penyelesaian persoalan yang melibatkan PT Rimbun Sawit Papua (RSP). Ia bahkan diminta untuk menyusun dan mengetik sendiri surat pemberitahuan terkait situasi perusahaan, yang kemudian diserahkan kepada almarhum Widodo dan perwakilan perusahaan bersama rombongan yang juga dihadiri oleh Caca Gerda Teurupun.

Dalam pertemuan tersebut, Zainal menekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat adat dalam setiap kegiatan investasi, serta mendorong perusahaan untuk mengedepankan pola kerja sama yang kolaboratif dengan masyarakat lokal.

Selanjutnya, almarhum Widodo meminta Zainal untuk menyampaikan surat tersebut secara langsung kepada Presiden Direktur PT RSP di Jakarta, guna membahas kelanjutan operasional perusahaan di wilayah Fakfak.

Saat ini, PT RSP telah kembali beroperasi dan memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan pendapatan Daerah Fakfak. Zainal Abidin Bay menyampaikan harapannya agar PT RSP senantiasa menjaga pola kolaborasi yang harmonis dengan masyarakat adat sesuai dengan mekanisme yang berlaku, serta turut berperan aktif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat adat Fakfak.

"Harapan saya, teruslah menjaga kolaborasi yang baik dengan masyarakat adat sesuai mekanisme yang ada, dan ikut serta secara aktif dalam meningkatkan perekonomian Masyarakat Adat Fakfak," tegas Zainal Abidin Bay mengakhiri dialognya. (*) 

Iklan Disini

Type and hit Enter to search

Close